Batik abaz merupakan suatu galeri
batik yang menyediakan beragam batik,
baik batik tulis, semi tulis, dobbi, cap, ATBM, sutra, dll. Disni menyediakan
beragam bahan untuk pembuatan kemeja, longdres, kebaya, rok dll. Juga tersedia pakaian
batik yang sudah jadi. Bukan Cuma itu disini juga menyedikan batik dari
berbagai daerah misalkan dari Cirebon, pekalongan, bandung, tasik, terutama garutan,
jadi ga usah jauh-jauh tinggal datang saja ke galeri batik abas.
nah bagi kaum muda, tua, pria, wanita yang
gemar batik bisa pesan melalui email : (inten.garut@gmail.com)
atau menghubungi kontak 082315226231/08985649009 dan juga bisa langsung datang ke galeri batik abaz jln.
Otista no 50 tarogong kaler-garut, apalagi bagi anda yang suka suka berlibur ke
garut jangan lupa untuk mampir dulu ke galeri kami, di tunggu yah kedatanganya.
penjelasan pola batik
penjelasan pola batik
Oleh: Ny Ir. Toetti T. Surjanto
Batik merupakan hasil seni budaya yang memiliki keindahan visual dan mengandung makna filosofis pada setiap motifnya.
Penampilan
sehelai batik tradisional baik dari segi motif maupun warnanya dapat
mengatakan kepada kita dari mana batik tersebut berasal. Motif batik
berkembang sejalan dengan perjalanan waktu, tempat, peristiwa yang
menyertai, serta perkembangan kebutuhan masyarakat. Sering kali tempat
memberi pengaruh yang cukup besar pada motif batik. Meskipun berasal
dari sumber atau tempat yang sama, namun karena tempat berkembangnya
berbeda, maka akan menghasilkan motif baru yang berbeda pula. Sebagai
contohnya adalah motif Nitik.
Motif
Nitik sebenarnya berasal dari pengaruh luar yang berkembang di pantai
utara laut Jawa, sampai akhirnya berkembang pula di pedalaman menjadi
suatu motif yang sangat indah. Pada saat pedagang dari Gujarat datang di
pantai utara pulau Jawa, dalam dagangannya terdapat kain tenun dan
bahan sutera khas Gujarat. Motif dan kain tersebut berbentuk geometris
dan sangat indah, dibuat dengan teknik dobel ikat yang disebut "Patola"
yang dikenal di Jawa sebagai kain "cinde". Warna yang digunakan adalah
merah dan biru indigo.
Motif
kain patola memberi inspirasi para pembatik di daerah pesisir maupun
pedalaman, bahkan lingkungan Kraton. Di daerah Pekalongan terciptalah
kain batik yang disebut Jlamprang, bermotif Ceplok dengan warna khas
Pekalongan. Karena terinspirasi motif tenunan, maka motif yang tercipta
terdiri dari bujur sangkar dan persegi panjang yang disusun sedemikian
rupa sehingga menggambarkan anyaman yang terdapat pada tenunan Patola.
Karena kain batik Jlamprang berkembang di daerah pesisir, maka warnanya
pun bermacam-macam sesuai selera konsumennya yang kebanyakan berasal
dari Eropa, Cina, dan negara-negara lain. Warna yang dominan digunakan
adalah rnerah, hijau, biru dan kuning, meskipun masih juga menggunakan
warna soga dan wedelan.
Selain
terdiri dari bujur sangkar dan persegi panjang, Nitik dari Yogyakarta
juga diperindah dengan hadirnya isen-isen batik lain seperti, cecek
(cecek pitu, cecek telu), bahkan ada yang diberi ornamen batik dengan
Klowong maupun Tembokan, sehingga penampilannya baik bentuk dan warnanya
lain dari motif Jlamprang Pekalongan. Nitik dari Yogyakarta menggunakan
warna indigo, soga (coklat) dan putih. Seperti motif batik yang berasal
dari Kraton lainnya, motif Nitik kreasi Kraton juga berkembang keluar
tembok Kraton. Lingkungan Kraton Yogyakarta yang terkenal dengan motif
Nitik yang indah adalah Ndalem Brongtodiningrat. Pada tahun 1940, GBRAy
Brongtodiningrat pernah membuat dokumen diatas mori berupa batik
kelengan dan lima puluh enam motif Nitik. Sejak kira-kira tahun 1950
sampai saat ini, pembatikan yang membuat batik Nitik adalah Desa
Wonokromo dekat Kotagede.
Untuk
membuat batikan yang berbentuk bujur sangkar dan persegi panjang
diperlukan canting tulis khusus dengan lubang canting yang berbeda
dengan canting biasa. Canting tulis Nitik di buat dengan membelah lubang
canting biasa ke dua arah yang saling tegak lurus. Dalam pengerjaannya,
setelah pencelupan pertama dalam warna biru, proses mengerok hanya
dikerjakan untuk bagian cecek saja, atau bila ada bagian klowongnya.
Agar warna soga dapat masuk di bagian motif yang berupa bujur sangkar
dan persegi panjang yang sangat kecil tersebut, maka bagian tersebut
"diuyek" sehingga pada bagian tertentu lilinnya dapat lepas dan warna
soga dapat masuk ke dalamnya. Oleh karena itu untuk membuat batik Nitik
memerlukan lilin khusus yaitu lilin yang kekuatan menempelnya antara
lilin klowong dan lilin tembok. Langkah selanjutnyaadalah "mbironi",
menyoga dan akhimya "melorod".
Sampai
saat ini terdapat kurang lebih 70 motif nitik. Sebagian besar motif
Nitik di beri nama dengan nama bunga, seperti kembang kenthang, sekar
kemuning, sekar randu, dan sebagainya. Ada pula yang di beri nama lain,
misalnya, nitik cakar, nitik jonggrang, tanjung gunung dan sebagainya.
Selain tampil sendiri, motif Nitik sering di padu dengan motif Parang,
ditampilkan dalam bentuk ceplok, kothak atau sebagai pengisi bentuk
keyong, dan juga sebagal motif untuk sekar jagad, tambal, dan
sebagainya. Paduan motif ini terdiri dan satu macam maupun
bermacam-macam motif Nitik. Tampilan yang merupakan paduan motif Nitik
dengan motif lain membawa perubahan nama, misalnya parang seling nitik,
nitik tambal, nitik kasatrian dan sebagainya.
Seperti
halnya motif batik yang lain, motif nitik juga mempunyai arti
filosofis, misalnya nitik cakar yang sering digunakan pada upacara adat
perkawinan. Diberi nama demikian karena pada bagian motifnya terdapat
ornamen yang berbentuk seperti cakar. Cakar yang di maksud adalah cakar
ayam atau kaki bagian bawah. Cakar ini oleh ayam digunakan untuk mengais
tanah mencari makanan atau sesuatu untuk dimakan. Motif nitik cakar
dikenakan pada upacara adat perkawinan dimaksudkan agar pasangan yang
menikah dapat mencani nafkah dengan halal sepandai ayam mencari makan
dengan cakarnya. Nitik cakar dapat berdiri sendiri sebagai motif dan
satu kain atau sebagai bagian dan motif kain tertentu, seperti motif
Wirasat atau Sidodrajat, yang juga sening digunakan dalam upacara adat
perkawinan.
Contoh :
Contoh :
0 comments:
Post a Comment